Padang. kpksigap.com Pada 27 November 2024 berbagai daerah di seluruh Indonesia dan Sumbar pun melangsungkan Pemilihan Kepala Daerah serentak, bukan merupakan sebuah rahasia umum mengeksploitasi simbol dan isu Agama dalam merebut kekuasaan, hal tersebut dilakukan oleh sejumlah Partai, baik Partai religius maupun berorientasi Nasionalis demi meraih dukungan Politik, sehingga menaikkan elektabilitas politik. Epyardi Asda yang merupakan salah satu Calon Gubernur Sumatera Barat dengan nomor urut 2, membuat sejumlah pernyataan ketika menggelar Konferensi Pers di Posko Pemenangan Otewe di Kota Padang pada Kamis (26/09/2024).
Epyardi Asda dihadapan sejumlah kru Media yang didampingi timses, pendukung fanatik serta relawan penuh antusias tinggi yang mayoritas berasal dari kaum muda milenial, Epyardi Asda, Sang Kapten membuat pernyataan blak- blakan.
” Saya sebagai Politisi Agama, Haram hukumnya menggunakan agama untuk mendapatkan kekuasaan dengan mengekploitasi agama” tutur Epyardi Asda dengan tegas.
Menurutnya perbuatan tersebut adalah sebuah pembodohan terhadap masyarakat, masyarakat sudah cerdas dan pintar serta paham sekarang.
Kegiatan mengeksploitasi agama jelas melanggar prinsip demokrasi dan dapat mengarah pada perpecahan dan memicu konflik ditengah masyarakat.
Secara tegas dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 melarang penggunaan simbol agama dalam kampanye, namun praktik ini masih terus terjadi.
” Jangan menggunakan isu dan simbol agama dalam meraih kekuasaan dalam memerintah, itu adalah kebodohan” jelas Sang Kapten dengan tegas
“Simbol agama sering dijadikan alat untuk memuluskan ambisi politik. Agama dikomodifikasi demi kekuasaan, padahal seharusnya agama menjaga moralitas politik” tegasnya.
Selain itu Sang kapten Epyardi Asda juga sangat mendukung generasi muda milenial, karena selama ini mereka acap kali menjadi korban atas kebijakan.
Epyardi Asda juga tidak segan segan menerima sogokan oleh orang orang yang ingin mendapatkan jabatan atau posisi yang diinginkannya.
” Silahkan sogok saya dan saya akan menerima kalau disogok dengan orang yang berprestasi, yang ahli dan tahu dengan bidangnya, bukan orang yang salah, yang tidak memiliki kapasitas, kapabilitas dan integritas “.
sesungguhnya saya tidak ingin menjadi penguasa, tetapi niat saya bagaimana membangun Sumatera Barat yang kian hancur menjadi lebih baik dan makmur sejahtera.
” Karena sebaik-baiknya umat adalah umat yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya, dasar itulah Saya memegang amanah” tuturnya penuh kesolehan.
Partisipan yang hadir turut berpendapat, “Sebagai bentuk pesimisme, banyak politisi memanfaatkan agama sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara memanipulasi identitas agama”.
Sangat beda dengan cara yang dilakukan oleh Epyardi Asda, lebih terbuka tidak neko-neko dan apa adanya. Padahal sang Kapten memiliki segalanya untuk menggunakan simbol-simbol agama dan memanfaatkan isu-isu agama untuk memobilisasi dukungan politik.
” Simbol agama sering dijadikan alat untuk memuluskan ambisi politik. Agama dikomodifikasi demi kekuasaan, padahal seharusnya agama menjaga moralitas politik” tegasnya.
Meskipun umat Islam terbesar di Indonesia, aspirasi politik mereka harus tetap sejalan dengan prinsip demokrasi, NKRI dan kemajemukan bangsa. Penggunaan simbol agama yang mencederai demokrasi harus dihindari.
(IndraJ ABW)