Maumere, Sikka-.kpksigap.com
Dosen Islamologi Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif ( IFTK) Ledalero Kabupaten Sikka Flores NTT Pastor Hendrikus Maku, SVD meyakini bahwa Nusa Tenggara Timur ( NTT) pantas dijuluki sebagai Guru Toleransi.
“Setelah beberapa tahun terakhir tinggal di luar NTT dan mengalami situasi baru saya semakin yakin bahwa NTT pantas dijuluki sebagai Guru Toleransi,” kata Pastor Hendrik Maku kepada kpksigap.com Sikka Jumat ( 9/8/2024).
Mahasiswa S3 Jurusan Islamologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta lebih lanjut mengatakan sejak sebelum kemerdekaan NTT sudah memiliki basis kebudayaan lokal yang kokoh.
Di setiap daerah di NTT ada kearifan lokal yang membentuk sebuah karakter yang inklusif. Di Manggarai misalnya, ada sebuah kebiasaan yang dikenal dengan nama Lejong ( bertamu). Melalui Lejong itu api silaturahmi tetap menghangatkan persaudaraan dan kekeluargaan.
“Para tokoh agama di NTT harus menjadi inspirator toleransi. Mereka mesti kreatif dalam mencari cara- cara baru yang kontekstual dalam mengembangkan dan merevitalisasi toleransi hidup beragama di NTT. Para tokoh agama harus steril dari pengaruh luar yang berpotensi menghancurkan masa depan toleransi di NTT,” pintanya.
Menyinggung tentang moderasi beragama Biarawan SVD asal Manggarai ini mengatakan moderasi beragama harus menjadi identitas bangsa Indonesia. Artinya konsep tentang moderasi beragama harus diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Modernisasi harus melampaui teori.
“Moderasi beragama jangan hanya sebatas program dari Kementrian. Moderasi beragama sebagai identitas dari semua agama oleh karena semua agama mengajarkan nilai- nilai humanis dan inklusif,” pungkas alumni Pontificio Istitute di Studi Arabi e d’Islamatica ( PISAI) Roma Italia ini.
( KPK SIGAP Sikka- Yuven)