Maumere,Sikka- kpksigap.com
Dobo, salah satu desa yang berada diwilayah pemerintahan Kecamatan Mego kabupaten Sikka NTT, yang kini dinakhodai oleh PJ. Kepala desa Jitro Boki S. Sos, yang juga Staf Kantor Dinas Sosial Kabupaten Sikka.
Desa Dobo juga menjadi desa sasaran wilayah ORIENTASI PENGELOLAAN KAMPUNG BERKUALITAS, oleh tim BKKBN PROPINSI NTT, pada bulan Maret 2024 yang lalu bersama ke – 4 desa lainnya , yaitu desa Dobo, desa Dobo Nua Puu, desa Bhera, desa Ratekalo dan desa Wolodhesa.
Kades Jitro kepada kpksigap.com mengungkapkan masalah pencegahan angka stunting diwilayah desa Dobo sungguh menunjukan keberhasilan, karena hanya tertinggal 10 anak dengan berstatus stunting.
“Keberhasilan ini adalah berkat kerja keras berbagai pihak diantaranya pemerintah desa Dobo, tokoh masyarakat, stake holder yang berada di desa, para kader posyandu dan kader lainnya serta dukungan penuh dari masyarakat.” Ujar Jitro.
Lebih lanjut , PJ Kades Dobo ini mengatakan bahwa Stunting itu memang pendek tapi tidak semua pendek itu stunting.
“Pencegahan stunting harus mulai dari calon pengantin hingga berlanjut balita demi terwujudnya SDM sehat dan berkualitas,” tandas pria asal Timor Tengah Selatan ini.
Sementara PLKB/PKN Kecamatan Mego Bernadina Titi Ambarawati menjelaskan ciri- ciri anak stunting adalah pertumbuhan melambat, tinggi badan-2 standar deviasi kurva pertumbuhan, berat badan susah naik bahkan cenderung menurun.
Selain itu lanjut Titi gangguan perkembangan berbicara, penurunan tingkat kecerdasan. Pendek dan kurus dan lebih pendek anak seusianya dengan jenis kelamin yang sama.
” Pertumbuhan gigi melambat, mudah terserap berbagai penyakit karena kekebalan tubuh rendah sehingga mudah sakit terutama penyakit infeksi,” jelas Titi.
Menyinggung kiat mencegah stunting dengan sistim ABCDE saat sosialisasi di kantor desa Dobo Titi mengatakan harus aktif minum tablet tambah darah. Khususnya bagi remaja putri konsumsi 1 tablet seminggu sekali. Sedangkan konsumsi oleh bumil setiap hari selama kehamilan dan pemeriksaan rutin kehamilan minimal 6 kali dan minimal dua kali melakukan USG.
Titi juga menambahkan bumil, ibu menyusui dan baduta ( ibu dan anak dibawah umur dua tahun perlu konsumsi protein hewani. Datang ke Posyandu tiap bulan dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan hingga 2 tahun.
( KPK SIGAP Sikka- Frans )