Luwu Utara, kpksigap.com Pemerintah Daerah (Pemda) merespon upaya Rainforest Alliance (RA) untuk membentuk forum kolaborasi yang kemudian diberi nama Forum Kolaborasi Pengembangan dan Pengelolaan Landskap Sehat (KELOLA).
Pembentukan Forum KELOLA ini sekaligus sebagai upaya untuk memperkuat kemitraan landskap berkelanjutan di Kabupaten Luwu Utara.
Di mana, Luwu Utara satu-satunya daerah di Indonesia yang menjadi percontohan landskap sehat di wilayah Asia Pasific. Dengan adanya Forum KELOLA ini, terbangun kolaborasi multipihak guna mewujudkan Landskap Sehat di Luwu Utara.
“Hari ini, kita bercerita tentang komitmen kemitraan landskap. Ini adalah salah satu tahapan dari beberapa tahapan yang digagas RA. Tentu, saya apresiasi dan setuju dengan pembentukan Forum KELOLA,” ucap Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida), Drs. Aspar, saat membuka acara Komitmen Kemitraan Landskap, Visi, dan Inisiasi Forum KELOLA, Kamis (10/10/2024), di Ruang Command Center.
Aspar mengatakan, dengan membangun kolaborasi melalui Forum KELOLA, diharapkan program Landskap Sehat di Luwu Utara bisa berjalan dengan baik, sehingga dapat menjamin masa depan yang lebih baik bagi generasi yang akan datang.
“Hari ini, kita membicarakan hal-hal baik guna memastikan keberlanjutan landskap sehat dengan melibatkan berbagai stakeholder yang peduli terhadap landskap sehat,” jelas Aspar.
Aspar berharap, dengan adanya forum ini, dapat menciptakan lingkungan yang tepat bagi semua pihak untuk belajar berkolaborasi.
“Pembentukan forum ini penting dan diharapkan bisa menjadi wadah bagi multipihak untuk bersama-sama mewujudkan landskap sehat di Luwu Utara,” harap mantan Sekretaris DPRD Luwu Utara ini.
Sebelumya, Lead Thriving Landskap Sehat Luwu Utara dari RA, Hasrun Hafid, mengatakan bahwa pertemuan Komitmen Kemitraan Landskap sebagai salah satu tahapan dalam program Landskap Sehat Luwu Utara akan membicarakan dua hal penting. Selain membentuk Forum KELOLA, juga merumuskan visi bersama.
“Yang menyatukan kita adalah visi bersama, yaitu sebuah visi yang nantinya kita gagas secara bersama. Di mana visi ini yang akan men-drive kita menuju visi yang kita inginkan bersama,” jelas Hasrun.
Perumuskan visi tersebut, kata Hasrun, dilakukan dengan melalui pendekatan yurisdiksional approach atau pendekatan administrasi.
“Artinya, yurisdiksi ini kita mengelola pertanian berkelanjutan dan sumber daya alam berdasarkan regulasi lokal, sehingga kita harus berdasarkan RTRW atau RPJPD yang berlaku,” jelasnya.
“Sehingga kenapa RA harus membuat MoU bersama pemda sebagai platform hukum kita berdasarkan RTRW yang kita masukkan ke dalam platform awal assessment yang namanya landskap,” sambung dia.
Masih kata Hasrun, dengan digagasnya visi bersama untuk menyatakan komitmen pengelolaan landskap sehat, maka dibutuhkan sebuah wadah atau forum kerja sama yang kemudian diberi nama Forum KELOLA yang nantinya akan di-SK-kan oleh Bupati.
“Hari ini, kita menggagas visi, kemudian kita menyatakan komitmen. Misalnya, bagaimana kita menyinergikan siapa bekerja apa. Nah, apakah kita butuh forum, apakah forum ini butuh SK. Ini yang perlu kita bicarakan, karena target kita hari ini adalah menyamakan visi. Karena visi-lah yang mengikat kita. Setelah itu, barulah kita buat forumnya,” jelasnya.
Hadir dalam kegiatan ini, Kepala Diskominfo-SP, Nursalim Ramli, perwakilan perguruan tinggi (Unhas, Unanda, dan UNCP), Perangkat Daerah terkait lingkup Pemda Luwu Utara, perwakilan KPH (Baliase, Kalaena, Kambuno, dan Rongkong), dan para mitra pembangunan lainnya, termasuk kehadiran Samuel Karundeng dari Sulotco Jaya Abadi.