MANGGARAI BARAT _ kpksigap.com Bastian Opang, seorang warga Desa Tehong, mengungkapkan keprihatinan mendalam tentang kondisi jalan di desanya yang tak kunjung diaspal. Di tengah perbaikan infrastruktur yang dinikmati desa-desa lain di Kecamatan Ndoso, Desa Tehong masih terjebak dalam situasi jalan yang rusak parah dan sulit dilalui.
Jalan yang menghubungkan Desa Tehong dengan Desa Waning, ibu kota Kecamatan Ndoso, berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Hanya kendaraan roda dua dan empat yang berani melintasi jalur ini, dan itu pun hanya saat musim kemarau. Warga Desa Tehong terpaksa menggunakan sepeda motor untuk keluar dari desa, sementara angkutan umum hanya tersedia hingga Desa Waning. Akibatnya, banyak warga yang harus berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua untuk bepergian. Situasi ini telah berlangsung selama puluhan tahun.
Pemerintah Desa Tehong, bersama masyarakat, telah berulang kali mengusulkan perbaikan jalan kepada Pemkab Manggarai Barat, namun hingga kini belum ada tanggapan positif. Ketidakpuasan warga semakin meningkat, terutama setelah kunjungan anggota DPRD yang tidak menghasilkan perubahan signifikan.
Bastian menegaskan, “Kami tidak tahu lagi bagaimana cara mengusulkan agar jalan menuju Tehong segera diaspal. Kami berharap pemerintah memperhatikan kondisi jalan menuju Desa Tehong dan dua kampung lainnya, yaitu Kampung Sumar dan Kampung Kalo.”
Dengan jarak sekitar 20 kilometer antara Desa Waning dan Desa Tehong, ketiga kampung tersebut dihuni ratusan kepala keluarga yang sangat bergantung pada akses jalan yang layak. Jalan ini sangat penting, terutama untuk pendidikan anak-anak yang bersekolah di SMP dan SMA di Desa Waning, serta untuk mengakses fasilitas kesehatan seperti Puskesmas yang terletak di desa tersebut.
Bastian berharap Pemkab Manggarai Barat lebih serius dalam memperhatikan perbaikan infrastruktur jalan ini setiap tahun. “Jika jalan diperbaiki, kendaraan angkutan umum akan berani masuk ke Desa Tehong,” ujarnya.
Di musim hujan, kondisi jalan semakin memburuk, dan warga harus menyeberangi sungai tanpa adanya jembatan. Hal ini menghambat akses anak-anak menuju sekolah, sehingga pembangunan jembatan sangat dibutuhkan untuk mendukung pendidikan. Hampir seluruh anak di Desa Tehong bersekolah di Desa Waning, menjadikan akses jalan yang memadai sangat diperlukan.
Warga juga mempertanyakan penggunaan dana desa yang bersumber dari APBN, mengingat alokasi dana yang cukup besar setiap tahunnya. Bastian mendesak agar ada pemeriksaan terhadap penggunaan dana tersebut untuk memastikan tidak terjadi penyalahgunaan.
Dengan kondisi yang semakin mendesak, Bastian dan masyarakat Desa Tehong berharap agar Pemkab Manggarai Barat memberikan perhatian serius untuk memperbaiki infrastruktur jalan di desa mereka. Perbaikan ini tidak hanya akan meningkatkan aksesibilitas, tetapi juga kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Desa Tehong.
(Kpk-Sigap: Eventus)