Pensiunan Aparatur Sipil Negara Sikka Menikmati Masa Pensiunnya Sebagai Pemulung Sampah

Maumere, Sikka- kpksigap.com
Sika Bonevatius ( 71) pensiunan Aparatur Sipil Negara ( ASN) pada Kantor DPRD II Sikka menikmati masa pensiunnya sebagai pemulung sampah.

Ditemui kpksigap.com Sikka didalam Kawasan penjualan bambu bersebelahan dengan Pasar Alok  Senin ( 19/8/2024) ayah dari lima orang anak ini menempati sebuah rumah kecil beratapkan seng bekas, dinding dari halar ( cincangan bambu, red) lantai tanah yang didiami tahun 2014 setelah pensiun.

Konsekuensi akan pilihannya sebagai  profesi pemulung sampah yang digelutinya akui Bone  menuai nada-nada miring dari orang berpendidikan maupun teman- teman itu menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya.

“Buat apa kerja dengan barang-barang kotor seperti ini. Tidak ada kerja lain lagi kah. Mendingan tinggal di rumah menikmati uang pensiun ASN saja,” kata Bone menirukan ucapan mereka.

Semua nada miring yang didengar tidak sedikit pun digubris pria asal Detunawu Lio Utara Kabupaten Ende. Ibarat masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

“Motivasi awal menekuni profesi pemulung ini untuk membantu petugas  kesehatan untuk berjuang bersama menghilangkan penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh jentik nyamuk yang ada dalam aqua gelas di dalam drainase dan sampah yang bertebaran dimana- mana,” ungkap Bone.

Hal yang sungguh menjadi keprihatinan Bone sekitar tahun 2000 an di RS TC Hillers Maumere pernah demam berdarah merenggut nyawa selama 1 Minggu lebih dari 3 nyawa melayang.

“Dengan kejadian ini tekadnya hanya satu yakni tidak akan berhenti bekerja sebagai pemulung sampah  apabila masyarakat Kota Maumere belum menunjukkan perilaku bersih dan membuang sampah tidak pada tempatnya,” ujarnya.

Dikatakannya,perbuatan baik untuk menjaga kebersihan harus ditunjukkan. Tidak dengan kata-kata tetapi perilaku hidup sehat dan membuang sampah pada tempat yang disediakan.

Soal penghasilan yang diperoleh dari jualan barang bekas ini Bone mengatakan anak- anak saya  yang sudah bekerja meminta saya untuk tinggalkan profesi ini.

“Tapi saya tantang mereka soal gaji. Belum tentu gaji kamu sebulan bisa sama dengan penghasilan saya. Dalam dua Minggu saya bisa meraup Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Tergantung kecepatan mendatangi kios- kios dan tempat penggilingan daging untuk mendapatkan gardus,” katanya.

Sudah 10 tahun Bone menekuni profesi. Karena itu ia menyarankan kepada pemerintah kabupaten Sikka dan pemimpinnya harus punya niat baik untuk memerangi sampah di Maumere.

“Gelontorkan dana yang cukup untuk urusan sampah. Berikan insentif yang memadai  untuk  petugas kebersihan dan pemulung sampah karena mereka adalah pahlawan kebersihan. Tidak sekedar beri insentif yang cukup tapi teken kontrak kerja dan  perlu pengawasan soal kerja mereka,” pungkasnya.

( KPK SIGAP Sikka-Yuven Fernandez)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *