SUBANG, KPK-Sigap.com — Tradisi budaya ke arifan lokal masih terus diberdayakan di setiap Tahunnya disetiap Masyarakat desa yang mana dalam acara Ruwatan Bumi ini Masyarakat bersyukur kepada yang kuasa atas karunia yang diberikan nya dengan di tandai Aneka Tumpeng yang di hiasi dengan berbagai corak hasil Bumi seperti pertanian dan hasil bumi lain nya.
Ruwatan Bumi Salah satu budaya Tradisi budaya ke Arifan Lokal ini merupakan bentuk ungkapan syukur warga masyarakat desa kertajaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang melimpah serta sebagai upaya menjaga keharmonisan dengan alam.
Seperti yang di selenggarakan baru baru ini Pemerintahan Desa Kertajaya Kecamatan Tambakdahan Subang mengadakan acara Ruwatan Bumi dan Istigosah berdoa bersama yang dilanjuti Santunan Anak Yatim dan kaum Duafa yang dihadiri seluruh warga dan Tokoh Masyarakat Kertajaya bertempat di Aula Desa Kertajaya dengan Tema:
“Mulus Rahayu Berkah Selamat. Jalanna lecir , caina ngalir, Otakna Mikir, Hatena Zhikir, Beuteung na Buncir, Rizkina Tajir, Huntunya nyengir, Hirupna teu Mubazhir, Mere Maweh Kanu Fakir.”
Hadir dalam acara Ruwatan Bumi dan istigosah serta santunan anak yatim tersebut Babinkamtibmas Polsek Binong Polres Subang ,Babinsa Koramil Binong, ketua MUI Desa Kertajaya, Ketua BPD dan semua tokoh elemen Masyarakat Desa Kertajaya.
Acara di awali sambutan dari kepala Desa Kertajaya Suhana Toyib yang mengatakan rasa bersyukur kepada Allah SWT atas ijin nya acara Ruwatan Bumi ini bisa dilaksanakan setiap Tahunnya oleh pemerintahan Desa dengan Anggaran Kas Desa agar Masyarakat selalu mengingat akan Nikmat yang telah diberikan kepada kita semua dengan ijin nya kita syukuri dengan hasil bumi seperti pertanian dan swasembada pangan lain nya dan satu moment penting kita semua saling mengeratkan jalinan silahturahim pemerintah Desa bersinergi dengan seluruh elemen Masyarakat. “Imbuhnya.
Ketua BPD Desa Kertajaya mengajak semua para petani dan warga untuk selalu mensukseskan program program suksaradesa untuk menunjang pembangunan Desa supaya apa yang diharapkan semua masyarakat desa bisa dilaksanakan,karena pemerintah tidak akan berjalan mulus kalau tidak ada pulus, Mari kita bersama sukseskan Suksaradesa sebagai PAD untuk mewujudkan pembangunan baik untuk pertanian maupun Insfratuktur jalan Desa dengan Aktif membayar pajak sebagai amanat yang akan dilaksanakan Pemerintah Desa sebagai peran penting dalam pembangunan Desa.”Ajaknya.
Selanjutnya ketua MUI Desa Kertajaya Ustd Fuad disela sela sambutanya berpesan kepada semua warga masyarakat khususnya para petani dan masyarakat untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan keberkahan nya kita bisa memanfaatkan hasil Bumi yang kita tanam sehingga bisa bermanfaat untuk kita syukuri akan nikmatnya dan sinergi dengan pemerintahan Desa dengan berperan aktif membayar Pajak pemerintah untuk kemajuan Lingkungan kita semua. “Tandasnya.
Dan tiba saatnya Siraman Rohani yang di bawakan oleh Mubalig Ustad H Amirudin S.Pdi yang membeberkan sejarah Artinya Ruwatan Bumi berasal dari kata “ruwat” yang berarti membersihkan atau meruwat dan “bumi” yang berarti tanah atau alam. Secara harfiah, Ruwat Bumi berarti membersihkan atau meruwat bumi.
Tradisi ini merupakan warisan nenek moyang yang dilakukan untuk membersihkan desa dari energi negatif, memohon perlindungan, dan memanjatkan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh.
Ruwat Bumi di Desa Kertajaya adalah contoh nyata bagaimana tradisi dan budaya lokal dapat dijaga dan dilestarikan di tengah arus modernisasi.
Melalui tradisi ini, masyarakat tidak hanya menunjukkan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah tetapi juga mempererat hubungan sosial dan menjaga keharmonisan dengan alam. Dengan terus melestarikan tradisi Ruwat Bumi, Desa Kertajaya menunjukkan bahwa budaya lokal memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat dan perlu dijaga ke berlangsungan nya untuk generasi mendatang. “Pungkas Ustad Amirudin.
(Mangsubang/Ujang)