Maumere,kpksigap.com
Maria Nona Mia telah kenyang dengan pergumulan hidup penuh liku sejak kematian suami asal Lamalera Lembata tahun 1989, 35 tahun silam.
Kegigihan dan semangatnya membesarkan 7 orang anak dan kemudian 1 orang dipanggil Tuhan itu dan menyisakan 6 orang anak ini tanpa bergantung pada belas kasihan dari siapapun termasuk saudara- saudaranya adalah contoh nyata dari sebuah ketangguhan sudah ia lakoni selama 35 tahun
Masak minyak kelapa kemudian menjualnya serta ampas untuk peternak babi yang dijajakan setiap hari adalah sumber penghidupan satu- satunya telah dilakoni sejak tahun 1976.
Pengerjaanya sungguh sederhana menggunakan cara tradisional. Kelapa dibelah, pisah air dengan kelapa. Kemudian daging kelapa dicungkil secara manual oleh anak dan menantunya.
Selanjutnya daging kelapa siap diparut gunakan mesin parut. Hasil parutan dimasukkan dalam karung kemudian ditindis menggunakan balok kelapa untuk mendapatkan santannya. Setelah itu dimasak untuk mendapatkan minyak kelapa.
Tak dinyana, aktivitas kehidupan sehari- hari hingga menjadikan Pasar sebagai rumah keduanya tidak mengendorkan semangat bagi Oma berusia 73 tahun ini.
Ditemui di Pasar Alok Kamis 17 Oktober 2024 Maria Nona Mia mengajak wartawan berpiknik ke masa lalu saat suaminya pergi abadi dipanggil Tuhan.
” Saat suami meninggal anak- anakku masih duduk di bangku SD, SMP dan SMA,” Oma Nona Mia mulai membuka halaman pertama lembaran hidupnya.
Walaupun kepergian abadi suaminya menyisakan luka yang mendalam namun Oma Nona yang akrab disapa harus bangkit dan berjuang demi dapurnya mengepul dan biaya pendidikan anak.
” Puji Tuhan di usia senja ini Tuhan masih memberi kesehatan kepada saya untuk terus berjualan minyak kelapa dan ampas,” ujarnya.
Dikatakan pengerjaanya mengunakan peralatan tradisional dan dijalankan hingga saat ini mendapatkan berkat Tuhan sehingga 6 orang anak bisa menyelesaikan sekolah hingga tingkat SMA.
“Saya syukuri lagi dari keenam orang ini satu anak yang tamat SMA telah bekerja sebagai pegawai RS Kewapante. Sedangkan yang lain ojek dan kerja batako,” terang Oma Nona.
Untuk menjual minyak kelapa kata Oma Nona minyak kelapa dimasukkan dalam botol Aqua kecil dan dijual dengan harga Rp 20 ribu. Sedangkan untuk para pelanggan Rp 25 ribu.
“Biasanya dari RS Kewapante memesan 100 hingga 150 botol untuk dijadikan obat. Terimakasih kepada Pimpinan yang sudah menjadi pelanggan tetap,” kata Oma Nona.
Selain itu tempurung kelapa kata Oma dibakar jadi arang dan dijual per karung Rp 70 ribu.
Ketika ditanya tentang penghasilan sehari jualan di pasar Alok Oma Maria Nona Mia hanya mengatakan tidak menentu.
” Satu hari bisa 5 botol laku. Bisa kantongi 100 ribu. Tapi tentu tidak cukup. Uang ojek PP Rp 20 ribu. Belum beli minyak tanah untuk masak minyak kelapa. Jadi ya dijalani saja,” kata Oma Nona.
Oma Nona akan terus masak minyak kelapa dan menjualnya di Pasar Alok hingga tidak bisa melangkahkan kaki lagi.
“Kalau sampai tua betul-betul dan tidak bisa lagi bekerja saya akan berhenti bekerja. Tapi kalau Tuhan masih memberikanku usia panjang dan sehat akan terus bekerja,” katanya.
Di mata tetangga Ernestin Florentina Tuto Koban, Oma Maria Nona Mia adalah janda pekerja keras, mandiri dan bertanggungjawab menghidupi anak walau berjuang sendirian.
“Selain pekerja keras Oma Nona juga selalu humor dengan cerita- cerita lucunya mengundang tawa bila bertamu dirumahnya,” pungkas Guru SMAK Frateran Maumere ini.
Maria Nona Mia potret Janda yang berjuang untuk menghidupi anaknya dan pendidikan mereka.Ternyata minyak kelapa, ampas dan arang telah mengantar 6 anaknya hingga tamat SMA bahkan ada yang sudah bekerja sebagai pegawai rumah Sakit.
Kisah sukses anak- anaknya sekolah hingga selesai walau hanya sebatas bangku SMA menjadi sapu tangan yang menghapus keringat mamanya Maria Nona Mia.
(KPK SIGAP Sikka-Yuven Fernandez)